BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Perkembangan perekonomian di dunia saat ini sangat
pesat mengingat betapa banyaknya perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh
dan berkembang tidak hanya di dalam negaranya saja, tetapi juga sudah
mengepakkan sayap ke kancah internasional. Dari perkembangan perekonomian
tersebut sudah pasti terdapat persaingan ekonomi di dunia dan antar perusahaan
untuk menjadi perusahaan yang pertama dan mendapatkan perhatian konsumen di
dunia. Hal ini mau tidak mau menuntut para pekerja yang ada di dalam sebuah
perusahaan untuk berkembang atau mengembangkan ide pikiran mereka untuk bisa
menjadi perusahaan yang semakin berkembang. Pekerjaan tersebut menuntut
sebagian besar pada manajemen dalam mengantisipasi perkembangan perekonomian
dunia. Tuntutan konsumen atas peningkatan kualitas produk dan jasa bertambah.
Satu
hal yang sangat berarti dalam meningkatkan kinerja untuk menghadapi tantangan
persaingan tersebut adalah melalui perbaikan berkelanjutan (Continous
Improvement) pada aktivitas bisnis yang terfokus pada konsumen, meliputi keseluruhan organisasi dan penekanan
pada fleksibilitas dan kualitas. Untuk menghasilkan kualitas terbaik dibutuhkan
usaha perbaikan yang terus-menerus dalam kemampuan karyawan, proses dan
lingkungan. Untuk meningkatkan penjualan dapat terjadi jika perusahaan
mengimplementasikan secara benar metode kaizen dan Total Quality
Management di seluruh aspek pada operasional perusahaan, maka
perusahaan akan mendapatkan kualitas produk dan pelayanan
seperti yang dibutuhkan. Hal tersebut nantinya
akan berimbas kepada penjualan perusahaan.
Munculnya Total
Quality Management (TQM) telah menjadi salah satu perkembangan utama
dalam praktik manajemen. TQM mulai diperkenalkan di AS sekitar tahun 1980.
Pengakuan TQM sebagai keunggulan kompetitif telah meluas di seluruh dunia.
Implementasi TQM di dalam perusahaan sangatlah penting untuk mendukung
pencapaian standar kualitas dan menjaga konsistensi kualitas produk dan layanan
produk. Membuat hal-hal tersebut untuk memperoleh pertambahan pelanggan,
stabilitas profit dan percepatan pertumbuhan bisnis.
Manajemen
kualitas total pada PT. YKK menitikberatkan kepada rencana yang dibangun oleh
organisasi, yakni harus berorientasi pada rencana jangka panjang, artinya
terjadi pertumbuhan pada bisnis, investasi, kemampuan menyediakan lapangan
kerja lebih banyak lagi dan berdaya saing.
PT. YKK adalah perusahaan milik
Jepang yang produk-produknya merupakan produk kualitas ekspor karena produk
diekspor hampir keseluruh dunia, namun masih ada beberapa komplain yang diterima yakni komplain dari negara Polandia dan
USA. Bentuk komplain yang diterima yakni terkait kualitas produk. Pada produk quicklon item hook size 20mm dan 25mm
tidak lepas dari adanya kecacatan dan ketidaksesuaian kualitas dari standard
produk yang telah di tetapkan, kecacatan yang dominan pada fisik produk itu
sendiri. Terdapat produk no cut lolos
cek pada roll jumbo untuk size 20mm windth
50 yds size 25mm. Kecacatan tersebut
menyebabkan kurang rekatnya quicklon dan produk tidak bisa digunakan. Banyak
produk yang dikembalikan kepada PT. YKK karena produk yang telah dikirim kepada
customer tidak baik kualitasnya dan customer meminta produk pengganti yang
kualitasnya jauh lebih baik. Jika komplain dari customer yang diterima PT. YKK
semakin meningkat maka semakin baanyak produk pengganti yang harus dikirim
ulang. Hal ini mengakibatkan pengeluaran biaya lebih dan jelas perusahaan
mengalami kerugian, sehingga perlu adanya identifikasi pada faktor-faktor yang
menyebabkan kecacatan dan ketidaksesuaian produk yang dihasilkan serta kendala
yang terjadi saat melakukan perbaikan kualitas produk dan juga mencari
solusi-solusi yang dilakukan untuk perbaikan produk.
Berdasarkan latar belakang diatas penilis
memilih judul Implementasi Manajemen
Kualitas Total pada PT. YKK Zipco
Indonesia Factory IV Bekasi Jawa Barat. Penulis berusaha memaparkan
bagaimana implementasi prosedur perbaikan kualitas produk dengan metode manajemen
kualitas total pada PT. YKK Zipco Indonesia Factory IV Bekasi Jawa Barat.
1.2.
Alasan Pemilihan
Objek
Adapun alasan penulis PT.
YKK Zipco Indonesia Factory IV objek adalah :
1. Meningkatnya jumlah komplain produk jenis hook dari customer karena banyak produk tidak standar lolos cek terkirim hingga ke
customer. Maka penulis ingin mengetahui lebih jauh mengenai bagaimana implementasi manajemen kualitas
total pada PT. YKK Zipco Indonesia Factory IV.
2. Kemudahan dalam mendapatkan objek dan topik pembahasan karena
ketersedian data dan berpengalaman kerja dengan objek yang diteliti.
1.3.
Batasan Masalah
Dalam
kajian ini penulis hanya akan membahas mengenai bagaimana implementasi manajemen kualitas total pada
PT. YKK Zipco Indonesia Factory IV untuk produk jenis hook.
1.4.
Rumusan masalah
Rumusan masalah merupakan pedoman bagi penulis
dalam melakukan penyusunan tugas akhir
secara tepat. Di sisi lain dengan rumusan masalah, penyusunan tugas akhir dapat
dilakukan secara terarah dan sesuai dengan masalah yang sedang diteliti.
Rumusan masalah juga digunakan sebagai acuan dalam pembahasan masalah. Dalam
penyusunan tugas akhir ini, penulis mengangkat beberapa masalah yang terkait
dengan objek yang diteliti. Rumusan masalah tersebut antara lain :
1. Bagaimana
implementasi manajemen kualitas total pada
PT. YKK Zipco Indonesia Factory IV?
2. Apa kendala yang terjadi pada implementasi manajemen kualitas total pada PT. YKK Zipco Indonesia
Factory IV?
3. Bagaimanakah solusi terhadap kendala-kendala yang terjadi pada implementasi manajemen kualitas total pada PT. YKK Zipco Indonesia
Factory IV?
1.5.
Tujuan dan Manfaat
Penulisan
1.5.1.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi manajemen kualitas total pada
PT. YKK Zipco Indonesia Factory IV Bekasi Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui kendala yang terjadi pada implementasi manajemen kualitas total pada
PT. YKK Zipco Indonesia Factory IV Bekasi Jawa Barat.
3. Untuk mengetahui solusi dari masalah kualitas
produk yang tidak standar lolos cek dengan imlementasi manajemen
kualitas total pada PT. YKK Zipco Indonesia Factory IV Bekasi Jawa Barat.
1.5.2.
Manfaat Penelitian
Penulis
berharap agar penulisan tugas akhir ini
dapat memberi konstribusi
berbagai pihak antara lain :
1. Bagi Penulis
Tugas
akhir ini merupakan implementasi teori yang telah didapatkan semasa perkuliahan
dipoliteknik LP3I Jakarta. Selain itu, penulis juga dapat mengembangkan wawasan
dan pengetahuan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan
pembelian yang didapatkan dibangku kuliah.
2. Bagi Perusahaan
Tugas akhir ini bisa dijadikan
masukan yang dapat dikembangkan berkenaan dengan masalah yang dibahas untuk
membantu kinerja kerja PT. YKK Zipco Indonesia Factory IV dalam menjalankan
kegiatan perusahaan.
3. Bagi Politeknik LP3I
Tugas akhir ini bisa digunakan sebagai tambahan informasi dan sumber
bagi pihak yang berkompeten terhadap
masalah yang dibahas, sekaligus sebagai bahan perbandingan dari laporan sejenis
yang pernah dibuat sebelumnya dan juga diharapkan dapat memberikan konstribusi
sebagai sumber ilmiah.
1.6.
Metodologi
Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.6.1.
Metodologi
Penelitian
Didalam
penyusunan tugas akhir ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu dengan cara
menjabrakan data yang diperoleh dari suatu penelitian agar mudah di pahami dan
di mengerti tanpa menggunakan analisa suatu perbandingan untuk menyusun
penelitian.
1.6.2.
Teknik Pengumpulan
Data
Didalam pencarian dan observasi data,
penulis menggunakan berbagai cara
didalam teknik untuk mendapatkan data yang konkrik dan falid, antara lain:
1. Studi Pustaka (Liberary Research)
Penulis mempelajari dan mengambil data yang
berkenaan dengan topik pada buku-buku yang legal dan dapat dipercaya, segala
sesuatu yang dapat dijadikam referensi sebagai bahan penelitian dan mengacu
pada kaidah penyusunan tugas akhir.
2. Studi Lapangan (Field Research)
Pengumpulan data melalui studi lapangan antara
lain:
a.
Pengamatan Langsung (Observasi)
Dalam penelitian ini, penulis melihat banyak komplain dari cutomer yang
semakin meningkat, dikarenakan output dari produksi tidak sesuai dengan standard
yang telah ditentukan dikarenakan adanya perubahan dalam penggunaan bahan baku,
serta tidak adanya bakuan kualitas produk yang digunakan sebagai acuan.
b.
Wawancara (Interview)
Merupakan metode pengumpulan data dengan proses tanya jawab atau
wawancara, dalam hal ini penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak yang
terkait di PT.YKK Zipco Indonesia Factory IV
3.
Penelitian Dokumentasi (Documentation Reseach)
Dalam hal ini penulis mendapatkan
data dari arsip perusahaan yang legal
dan jelas.
1.7.
Sistematika
Penulisan
Dalam
penulisan tugas akhir ini pembahasan dan penganalisaan secara sistematis ke
dalam lima bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis mengemukakan
tentang latar belakang masalah, alasan pemilihan objek, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metodologi penulisan serta
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini penulis mengemukakan
berbagai referensi tujuan pustaka
yang mendukung pembahasan yang penulis sampaikan yaitu mengenai bagaimana implementasi manajemen kualitas
total pada PT. YKK Zipco Indonesia Factory IV.
BAB III
PROFIL PERUSHAAN
Dalam bab ini diuraikan segala
sesuatu yang terkait dengan sejarah singkat perusahaan dan perkembangan
perusahaan, visi dan misi perusahaan, aspek kegiatan, struktur organisasi, deskripsi kerja PT. YKK Zipco
Indonesia Factoru IV di Bekasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini penulis melakukan
pembahasan terhadap materi yang penulis angkat sesuai dengan judul yang
disajikan dan rumusan masalah yang dibahas yaitu implementasi manajemen kualitas total serta
kendala yang terjadi saat melakukan perbaikan kualitas produk dan juga mencari
solusi yang dilakukan untuk perbaikan kualitas produk.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan
saran-saran yang mungkin berguna bagi perusahaan sebagai bahan masukan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Implementasi
KBBI
Dalam KBBI makna implementasi adalah pelaksanaan atau
penerapan.
Inu Kencana Syafei (2014:170)
“Mendefinisikan bahwa pelaksanaan
adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar seluruh anggota kelompok berkenan
berusaha mencapai sasaran agar sesuai dengan perencanaan managerial dan
usaha-usaha organisasi.”
2.2.
Manajemen
2.2.1.
Definisi Manajemen
Beberapa definisi manajemen
menurut para ahli:
G.R Terry (2013:3)
“Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya,
dengan mempergunakan bantuan orang lain.”
Marry Parker Follet (2013:3)
“Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain.”
James Stoner (2013:4)
“Manajemen adalah proses perencanaa,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian usaha-usaha para anggota
organisasi serta penggunaan sumber-sumber daya lain yang ada dalam organisasi,
guna mencapai tujuan yng telah ditetapkan.”
P.I. Oey Liang Lee (2013:4)
“Manajemen adalah seni ilmu
perencanaan, pengorganisasian, pengerahan, pengkoordinasian, dan pengendalian
barang-barang (terutama manusia) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.”
2.2.2.
Tujuan Manajemen
1.
Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang kita
pilih secara efektif dan efisien.
2.
Mengevaluasi kinerja, meninjau, dan mengkaji
ulang situasi-situasi serta melakukan berbagai penyesuaian dan koreksi jika
terdapat penyimpangan di dalam pelaksanaan strategi.
3.
Senantiasa memperbaharui strategi yang kita
rumuskan agar sesuai dengan perkembangan lingkungan eksternal.
4.
Senantiasa meninjau kembali kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman peluang yang ada.
5.
Senantiasa melakukan inovasi atas kegiatan
sehingga kita hidup kita lebih teratur.
2.2.3.
Prinsip Manajemen
Menurut Henry Fayol (2015:11)
Prinsip dasar manajemen
secara umum yaitu:
1. Pembagian
kerja (division of work)
2. Wewenang
dan tanggungjawab (authority and responsibility)
3. Disiplin
(discipline)
4. Kesatuan
perintah (unity of command)
5. Kesatuan
pengarahan (unity of direction)
6. Mengutamakan
kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
7. Pembayaran
upah yang adil (renumeration)
8. Pemusatan
(centralisation)
9. Hirarki (hierarchy)
10. Tata
tertib (order)
11. Keadilan
(equity)
12. Stabilitas
kondisi karyawan (stability of tenure of personnel)
13. Inisiatif
(Inisiative)
14. Semangat kesatuan
2.2.4.
Fungsi Manajemen
Ada 5 fungsi manajemen, yaitu:
a. PLANNING
Perencanaan tujuan perusahaan dan bagaimana
strategi untuk mencapai tujuan tersebut dengan sumber daya yang tersedia.
Perencanaan terbagi menjadi perencanaan strategi dan perencanaan operasional.
b. ORGANIZING
Pengorganisasian atau singkronisasi sumber daya
manusia, sumber daya alam, sumber daya fisik, dan sumber daya modal dalam
rangka mencapai tujuan perusahaan.
c.
COMMANDING
Fungsi commanding
sama dengan mengarahkan (actuating). Commanding dilakukan dengan memberikan
arahan kepada karyawan agar dapat menunaikan tugas mereka masing-masing. Selain
itu, commanding dilakukan agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai
pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
d. COORDINATING
Untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak
terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan
menghubung-hubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan pekerjaan-pekerjaan
bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan bersama
atau tujuan organisasi.
e. CONTROLLING
Controlling atau
pengendalian atau pengawasan adalah suatu kegiatan untuk memantau, membuktikan,
dan memastikan seluruh kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan,
diperintahkan, dan dikondisikan sebelumnya dapat berjalan sesuai target atau
tujuan tertentu.
2. Ada empat fungsi manajemen menurut G.R. Terry (2013:14)
a. PLANNING
Pembatasan yang kompleks
merumuskan perenanaan sebagai penetapan apa yang harus dicapai, bila hal itu
dicapai, siapa yang bertanggung jawab, dan mengapa penetapan harus dicapai.
Hampir sama dengan pembatasan terakhir yaitu perumusan perencanaan merupakan
penetapan jawaban kepada enan pertanyaan berikut :
1). Tindakan apa yang harus
dilakukan?
2). Apa sebabnya tindakan
tersebut harus dikerjakan?
3). Dimana tindakan
tersebut harus dilakukan?
4). Kapan tindadakn
tersebut harus dilaksanakan?
5). Siapa yang akan menegerjakan
tindakan tersebut?
6). Bagaimana cara
melaksanakan tindakan tersebut?
b. ORGANIZING
Organizing merupakan pengelompokkan
kegiatan yang diperlukan, yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan
fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan
kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut.
Pengorganisasian dapat dirumuskan sebagai keseluruhan aktifitas manajemen dalam
mengelompokkan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta
tanggung jawab masing-masing dengan tujuan teriptanya aktivitas-aktivitas
berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
c. ACTUATING
Actuating merupakan tindakan
pelaksanaan dari renana yang dibuat. Pelaksanaan dilakiukan jika fungsi
perencanaan sudah matang dibuat. Pelaksanaan dalam manajemen lebih dikenal
dengan bahasa imlementasi program.
d. CONTROLING
Controling atau penegawasan sering
disebut juga penegndalian yaitu mengadakan pemantauan dan koreksi sehingga
bawahan dapat melakukan tugasnya dengan benar sesuai tujuan semula.
2.2.5.
Unsur-unsur
Manajemen
Untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan diperlukan alat-alat sarana
(tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang
ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu man, money, materials, machines, method, dan markets.
1.
Man (SDM)
Dalam manajemen, faktor manusia
adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula
yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses
kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja.
2.
Money (uang)
Uang
merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat
tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari
jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat
(tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang
yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu
organisasi.
3.
Materials (bahan)
Materi
terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia
usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam
bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu
sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak
akan tercapai hasil yang dikehendaki.
4.
Machines (mesin)
Dalam
kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin akan membawa
kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan
efesiensi kerja.
5.
Methods (metode)
Dalam
pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang
baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode daat dinyatakan
sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan
penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode
baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai
pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama
dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
6.
Market (pasar)
Memasarkan
produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi
tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja
tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan
hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat
dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan
daya beli (kemampuan) konsumen.
2.3.
Kualitas
2.3.1.
Definisi Kualitas
J.M Juran (2012:111)
”Kualitas atau mutu memiliki banyak
makna, diantaranya ada tiga yang sering digunakan yaitu mutu adalah
keistimewaan produk yang menjawab kebutuhan konsumen (the excellence of product that answear the consumer’s need), mutu
adalah bebas dari cacat atau defesiensi (quality
is zero defect), dan mutu adalah kesesuaian dengan tujuan penggunaan (fitness for use).”
Joe Peppard dan Philip
Rowland (2012:112)
“Mutu memiliki dua dimensi yang
berbeda dan harus dibedakan yaitu konsistensi dan kapabilitas. Konsistensi
berkaitan dengan derajat kesesuaian secara berkelanjutan dari produk atau jasa
yang dihasilkan dengen spesifikasi yng diharapkan para pelanggan. Sedangkan
kapibilitas produk berkaitan dengan derajat kemampuan suatu produk atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan.”
Deming (2012:189)
“Kualitas adalah apapun yang
menjadikebutuhan konsumen.”
Crosby (2012:189)
“Kualitas adalah nihil
cacat, kesempurnaan dan sesuaian terhadap persyaratan.”
Davis (2012:189)
“Kualitas adalah suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengen produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.”
Menurut Fungsi
Produksi (2012:190)
“Kualtas adalah yang
berbasis manufaktur, artinya pemenuhan standard memebuat produk secara benar
sejak awal.”
2.3.2.
Konsep dan Manfaat
Kualitas
Menurut Garvin (2012:190)
Terdapat lima macam prerepektif kualitas yang bisa menjelaskan menegpa
kualitas bisa diartikan beraneka ragam
boleh orang yang berbeda dalam situasi yang berlainan, yaitu:
1. Transcedental approach, kualitas bisa dirasakan atau
diketahui tetapi sulit didefinisikan dan dioprasionalkan.
2. Product based approach, kualitas merupakan
karakteristik atau atribut yang dapat dikuanttatfkan dan dapat diukur.
3. User based approach, kualitas tergantung pada orang yang
memandangnya, sehingga produk yang aling memuaskan prferensi seseorang
merupakan produk yang kualitasnya paling tinggi. Prespektif yang bersifat
subjektif dan demand oriented juga
menyatakan bahwa pelanggan yang berdeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang
berbeda.
4. Manufacturing based approach, bersifat supply based dan terutama memperhatikan
praktek-praktek perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas
sebagai kesesuaian/sama dengan persyaratan (conformance
requrements).
5. Value based approach, memandang kualitas dari
segi nilai dan harga,. Dengan mempertimbangkan trade off antara kinerja dengan harga, kualitas didefinisikan
sebagai “affordable excellence”.
2.3.3.
Dimensi Kualitas
Baik buruknya suatu produk, dapat dinilai dari dimensinya.
Dimensi produk manufaktur pada umumnya tentukan oleh
produsen dengen mempertimbangkan sarn dan riset pasar.
Dimensi juga yang membedakan antara produk dan jasa.
Berikut adalah berbagai macam dimensi dari produk.
1. Henndy Tannady
(2015:6)
a.
Performance
Performance merupakan hal dasr
yang dinilai konsumen dalam menggunakan sebuah produk, performance terkait bagaimana produk tersebut mampu berfungsi
sesuai dengan awalnya.
b. Reliability
Reliability berkaitan dengan
seberapa sering produk mengalami kegagalan dalam menjalankan performa. Industri
dengan skala masif saat ini hampir keseluruhan menggunakan bantuan mesin lebih
dari > 80% proses produksi., dengan
bantuan mesin yang telah memiliki stadarisasi kerja, namun masih banyak
ditemui produk keluaran yang tidak sesuai spesigikasi, bahkan pada saat masih
berada pada lini produksi. Jika hal ini terus terjadi dalam durasi dengan
frequensi yang sering, maka proses produksi yang terjadi adalah tidak realibel.
c. Conformance
Konformansi merupakan seakurat apa atau sekecil apa batas
antara kesesuaian antara spesifkasi yang ditentukan dengan hasil produk yang
dihasilkan. Produk akhir dikatakan semakin baik dimensi konformansinya apabila
semakin sama dengan spesifikasi yang ditentukan diawal.
d. Features
Features merupakan ukuran
kapasitas kemampuan yang dapat dilakukan oleh sebuah produk. Sering kita jumpai
sebuah barang dapat laku terjual karena mampu melakukan banyak hal, walaupun
memiliki kualitas fisik yang kurang begitu baik. Dimensi ini banyak digunakan
sebagai kunci dalam memenangkan kompetisi bisnis.
e. Serviceability
Dimensi ini sering diasosiasikan dengan layanan purna jual,
namun sebenarnya merupakan kualitas pelayan yang diberikan oleh produsen baik
saat transaksi terjadi atau setelah transaksi.
f. Durability
Durability adalah ketahanan
masa kerja efektif produk atau usia produk dalam menghasilkan performa yang
prima.
g. Aesthetics
Estetika merupakan dimensi yang beorientasi pada visual atau
tampilan produk. Beberapa faktor seperti kemasan, warna, bentuk, dan style.
2. Joseph S Martinich (2012:191)
Mengemukakan spesifikasi
dari dimensi kualitas produk yang relevan dengan pelanggan dapat
dikelompokkan dalam enam dimensi yaitu:
a. Performance
Hal penting bagi pelanggan adalah kualitas produk mengambarkan
keadaan yang sebenarnya atau apakah pelayanan yang diberikan dengan cara yang
benar.
b. Range and type of features
Pelanggan seri’ngkali tertarik pada kemempun untuk
keistimewaan yang dimiliki produk atau pelayanan.
c. Reability and Durability
Kehandalan produk dalam penggunaan secara normal dan berapa
lama produk dapat digunakan hingga perbaikan diperlukan.
d. Maintability and serviceability
Kemudahan untuk pengoperasian produk dan kemudahan perbaikan
maupun ketersediaan komponen pengganti.
e. Sensory characteristics
Penampilan, corak, rasa, daya tarik, bau, selera, dan
beberapa faktor lainnya mungkin menjadi aspek penting dalam kaulitas.
f. Ethical profile and image
Kualitas adalah bagian terbesar dari kesan pelanggan terhadap
produk pelayan.
2.3.4.
Pengendalian
Kualitas
Terry Hill
(2012:112)
“Ada dua fungsi yang
berbeda tugas dan peran dalam pembuatan atau penyediaan produk dan jasa, yaitu
penjaminan mutu (quality assurance) dan
pengendalian mutu(quality control).
penjaminan mutu merupakan suatu pendekatan terencana dan sitematis dengan penuh
keyakinan, menjamin bahwa prosedur pengerjaan yang dipergnakan serta jenis dan
frequensi pengujian mutu dalam sistem sistem telah sesuai dengan spesifikasi
yang ada, dan keluaran produk sama dengan desain yang telah ditentukan”.
Kaoru Ishikawa
(2012:113)
“Mengembangkan,
mendesain, memproduksi dan memberikan layanan produk bermutu yang paling
ekonomis, paling bermutu, dan selalu
memuaskan para pelanggannya.”
Menurut Kaoru
Ishikawa melaksakan pengendalian mutu berarti :
1. Menggunakan
pengawasan mutu sebagai landasan aktifitas produksi.
2. Melaksanakan
penngendalian biaya, harga, laba secara terintegrasi.
3. Pengendalian jumlah
(jumlah produksi, penjualan, dan persediaan) serta tanggal pengiriman.
Falsafah pengendalian mutu Kaoru Ishikawa mengatakan bahwa
tidak ada gunanya memeproduksi barang dengan biaya murah, tetapi tidak memenuhi
harapan mutu pihak konsumen, dan tidak ada gunanya memproduksi produk yang
tinggi mutunya tetapi harganya mahal dan tidak terjangkau oleh konsumen pada
umumnya, maka harus ada keselarasan antara mutu, biaya, harga, dan harapan
konsumen.
Pengendalian mutu yang berkaitan dengan pemeriksaan atas
penyelesaian berbagai tugas pengerjaan
untuk memastikan bahwa tugas telah dilaksanakan sebagiamana mestinya sehingga
kualaran produk memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan. Sasarannya
ialah mealalui pemeriksaan sampel yang diharapkan atau tidak. Dari hasil
pemeriksaan dan pengujian tersebut dapt dipastikan bahwa proses produksi telah
menghasilkan keluaran produk yang
memenuhi standar atau sebaliknya, sehingga dapat ditentukan apakah proses
produksi dapat dilanjutkan atau harus dihentikan.
2.4.
Manajemen Kualitas
Total (Total Quality Management)
2.4.1.
Definisi Manajemen
Kualitas Total
David H. Luthy
(2012:138)
“Total quality managment merupakan landasan kesuksesan perusahaan dalam lingkungan perusahaan
yang makin keras. Perusahaan, skala besar maupun kecil telah menemukan fakta
bahwa perhatian pada mutu dapat memiliki dapak yang signifikan dalam usaha
mencapai sasaran perusahaan”
Russel dan Taylor (2012:139)
“TQM adalah kegiatan manajemen mutu
yang dilakaukan oleh organisasi secara keseluruhan pada semua level manajemen
pada semua fungsi yang ada (the
management of quality thoroughout organizatioan at all management levels and
accross all areas)”
Chase, Aquialano, dan Jacobs
(2012:139)
“TQM adalah kegiatan mengelola
organisasi secara keseluruhan sehingga semua dimensi produk dan jasa yang
dipandang penting oleh pelanggan menjadi unggul atau istimewa (managing the entire organization so that it
excels on all dimensions of products and services taht are important to the
consumers)”.
David Hutton (2012:138)
“TQM adalah filosofi
manajemen dilandaskan atas seperangkat peralatan dan metodologi yang telah
teruji dan andal”
2.4.2.
Unsur-unsur Manajemen
Kualitas Total
1. Aktivitas
sistematis, berarti aktivitas yang diorganisasi
untuk mencapai tujuan perusahaan yang didukung oleh kepemimpinan manajemn kuat
dan yang dipandu oleh visi, strategi jangka menengah dan janhka panjang yang
jelas.
2. Melibatkan semua
orang pada semua tingkat dan semua bagian dari perusahaan agar mrncapai sasaran
bisnis dengan cepat dan secra efesien, dengan menggunakan sedikit sumber daya
manajemen.
3. Tujuan perusahaan,
mengacu pada jaminan perolehan laba jangka panjang yang sesuai melalui kepuasan
yang diperoleh pelanggan secara konsisten dan terus-menerus.
4. Menyediakan, mengacu
pada aktivitas yang memproduksi produk atau jasa untuk menyampaikannya pada
pelanggan, termasuk survei, riset, perencanaan, pengembangan, desain, persiapan
produk, pembelian pengolahan, pemasangan, pemeriksaan, memenuhi pesanan,
pemasaran dan penjualan, pemeliharaan, layanan purna jual, dan penanganan
limbah, serta daur ulang.
5. Produk dan jasa,
meliputi produk olahan pabrikasi (produk jadi komponen dan material setengah
jadi), sistem, perangkat lunak, energi, informasi, dan semua manfaat lain yang
idsajikan untuk pelanggan.
6. Mutu, mengacu pada
kegunaan (baik dalam arti psikologis maupun funsional), keselamatan, dan
keandalan. Selain itu, juga dalam pendefisian mutu yang berpengaruh pada pihak
ketiga, masyarakat, lingkungan, dan harus dipertimbangkan pula generasi yang
akan datang.
7. Pelanggan, meliputi
para pembeli dan juga para pemakai, konsumen dan pihak lain yang
memenfaatkannya.
2.4.3.
Ciri-ciri Manajemen
Kualitas Total
Ciri-ciri TQM menurut David Hutton (2012:140)
a.
Fokus organisasi ialah untuk memuaskan kebutuhan pelnggan.
b.
Mengembangkan dan memberdayakan potensi sumber daya manusia
yang dimiliki organisasi secara sempurna.
c.
Melibatkan semua personil organisasi untuk menemukan cara
terbaik dalam melaksanakan peran atau fungsinya.
d.
Mengelola proses bisnis secara keseluruhan, bukan hanya
fungsi tapi departemen.
e.
Pengelolan organisasi yang didasarkan pada fakta serta menggunakan
data dan fakta yang sahih.
f.
Memberikan nilai tambah kepada masyarakat, sekaligus mancapai
sasran finansial.
2.4.4.
Prinsip Manajemen
Kualitas Total
Dalam rangka melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia, maka TQM
menggunakan prinsip sebagai berikut:
1. Kepuasan Pelanggan
Kualitas ditentukan oleh pelanggan, yang meliputi pelanggan
internal dan pelanggan eksternal. Pelanggan eksternal merupakan konsumen yang
sesungguhnya dri barang tau jasa yang dihasilkan. Pelanggan internal merupakan
pelanggan dari proses menghasilkan jasa/produk tersebut, yaitu karyawan.
2. Respek Terhadap
Setiap Orang
Semua karywan dipandang sebagai individu yang memiliki
talenta dan kreatifitas yang khas sehingga merupakan sumberdaya yang paling
bernilai.
3. Manajemen
Berdasarkan fakta
Setiap keputusan yang diambil harus berdasarkan fakta dan
data bukan berdasarkan perasaan. Ada dua konsep pokok yang terkait yaitu yang
pertama adalah prioritas bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek
secara bersamaan, mengingat keterbatasan sumberdaya yang ada, sehingga dengan
adanya data maka manajemen dapat
memfokuskan pada hal yang sangat vital. Yang kedua adalah variasi
kinerja manusia.
4. Perbaikan
Berkesianambungan
Proses perbaikan dilakukan secara terus menerus dan
sistematis.
2.4.5.
Metode Manajemen
Kualitas Total
1. Metode Edward Deming
Deming diangggap
sebagai bapak dari gerakan TQM, dengan
memperkenakan teknik pemecahan masalah dan pengendalian proses statistik (statistical proceaa control/SPC). Deming
menganjurkan penggunaan SPC agar perusahaan membedakan penyebab sitematis dan
penyabab khusus dalam menangani kualitas.
a. Siklus Deming
Siklus Deming dikembangkan untuk
menghubungkan produksi suatu produk dengan kebutuhan pelanggan dan memfokuskan
sumber daya semua departemen (riset, desain, produksi, pemasaran) dalam suatu
usaha kerjasama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Tahap-tahap siklus Deming adalah
sebagai berikut:
1) Mengadakan riset
konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan produk (plan).
2) Menghasilkan produk (do)
3) Memeriksa produk
apakah telah dihasilkan sesuai rencana (check)
4) Memasarkan produk
tersebut (act)
5) Menganalisis
bagaimana produk tersebut diterima dipasar dalam hal kualitas, biaya, dan
kriteria lainnya (analyze).
b. Empatbelas Poin
Deming
Empatbelas poin Deming merupakan
ringkasan dari keseluruhan pandangan Deming terhadap apa
yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melakukan transisi positif
dari bisnis sebagaimana biasanya. Empatbelas poin Deming meliputi:
1) Ciptakan kejegan
tujuan dalam menuju perbaikan kualitas barang dan jasa, dengan maksud agar
lebih dapat bersaing, tetap bertahan dalam bisnis, dan menciptakan lapangan
kerja.
2) Adopsilah falsafah
baru, manajemen harus memahami adanya era ekonomi baru dan siap meghadapi
tantangan, belajar bertanggung jawab, dan mengambil alih kepemimpinan.
3) Hentikan
ketergantungan pada inspeksi dalam memebentuk kualitas. Bentuklah mutu sejak
dari awal.
4) Hentikan praktek
menghargai kontrak berdasarkan tawaran yang rendah.
5) Perbaiki secara
konstan dan terus menerus sistem prosuksi dan jasa untuk meningkatkan kualitas
dan produktivitas, yang pada akhirnya akan menurunkan biaya.
c. Deming Seven Deadly Diseases
Deming Seven Deadly Diseases merupakan ringkasan dari pandanagan
Deming terhadap faktor-faktor yang dapat merintangi transformasi menuju bisnis
berkualitas tingkat dumia. Ketujuh faktor tersebut adalah :
1) Kurangnya keajegan
tujuan untuk merencanakan barang dan jasa yang memiliki pasar yang cukup untuk
dapat memepertahankan perusahaan dalam bisnis dan menyediakan lapangan kerja.
2) Penekanan pada laba jangka
pendek.
3) Sistem pemeriksaan
personal bagi para manajer dan manajemen berdasarkan sasaran tanpa menyediakan
metode atau sumber daya untuk mencapai sasaran tersebut.
4) Job hooping oleh para manajer.
5) Hanya menggunakan
data dan informasi yang tampak dalam pengambilan keputusan dan hanya
memeberikan sedikit pertimbangan atau bahkan tidak sama sekali terhadap apa
yang tidak diketahui.
6) Biaya medis yang
terlalu berlebihan.
7) Biaya hutang
berlebihan.
2.4.6.
Alat-alat Manajemen
Kualitas Total
1. Lembar Pengecekan (check Sheet)
Lembar pengecekan adalah
suatu formulir yang didesain untuk mencatat data. Pencatatan dilakukan sehingga
pada saat data diambil pola dapat dilihat dengan mudah. Lembar penegcekan
membantu analis menentukan fakta atau pola yang mungkin dapat membantu analis
selanjutnya.
2. Diagram Sebar (scatter diagram)
Diagram sebar menunjukkan
kemungkinan hubungan antara pasangan dua macam variabel.
3. Diagram Sebab Akibat
(cause and effect diagram)
Diagram sebab akibat atau
diagram ishikawa adalah diagram yang menidentifikasi masalah kualitas dan titik
inspeksi.
4. Diagram Pareto (Pareto Charts)
Diagram pareto adalah metode
untuk mengelola kesalahan, masalah, atau cacat untuk memebantu memeusatkan
perhatian pada usaha penyelesaian masalah. Prinsipnya adalah 80% masalah perusahaan
merupakan hasil dari penyebab yang hanya 20%.
5. Digram Air (Flow Charts)
Diagram air secara grafis
menyajikan sebuah proses atau sistem dengan menggunakan kotak dan garis yang
saling berhubungan. Diagram ini merupakan alat yang baik untuk memahami sebuah
proses atau menjelaskan sebuah proses.
6. Histogram
Histogram menunjukkan
cakupan nilai sebuah perhitungan dan frekuensi dari setiap nilai yang terjadi.
Histogram menunjukkan peristiwa yang paling sering terjadi dan juga variasi
dalam pengukuran.
7.
Statistical Proses
Control (SPC)
SPC merupakan pengawasan
standar, membuat pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan selagi sebuah
produk atau jasa sedang diproduksi.
2.4.7. Tujuan Manajemen
Kualitas Total
Tujuan manajemen kualitas total menurut David H. Luthy
(2012:142)
“Manajemen kualitas total
bertujuan untuk mewujudkan
permintaan jangka panjang dari masing-masing daerah
pemasaran karena hal tersebut akan meniptakan uang’’
Manajemen kualitas total
tidak hanya bertujuan untuk memuaskan kebutuhan sekarang dari pelanggan, tetapi
juga mengantisipasi kebutuhan pelanggan di masa yang akan datang melalui
perbaikan mutu yang dilakukan secara berkelanjutan (continous improvement). Dari uraian tersebut maka manajemen
kualitas total dapat dipandang sebagai alat untuk mencapai persyaratan mutu
dari para pelanggan sehingga :
1. Produk yang
bersangkutan memenuhi spesifikasi yang ditentukan.
2. Produk memberi guna
seperti yang diharapkan oleh pelanggan.
3. Produk memiliki
biaya yang kebih kecildibandingkan dengan manfaatnya.
4. Produk senantiasa
diperbaiki mutunya sehingga selalu sesuai dengan kebutuhan potensial (latent needs) pelanggan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar